Jumat, 24 Mei 2013

Saudara tua

 
“ Nak kemano kau?”
            Saudara tua bertanya dengan ketus.
            “Ikut abang maen”
            Adik pertama memelas.
            “Dak usah, Sano balek!”
            Hardik saudara tua seperempat berteriak.
            “Ikutlah bang,”
            Melas adik pertama, tiga perempat memaksa.
            “ Idak!, Balek!!”
            Satu pekikan, selesai.

Adegan diatas terjadi ketika seorang adik pertama berusia enam tahun ingin ikut bermain dengan saudara tuanya berusia delapan tahun. Dengan usia yang tidak terlalu jauh, seharusnya mereka bisa bermain bersama. Karena berdasarkan pandangan psikologi. Anak pada usia dibawah dua belas tahun memiliki kecendrungan mempunyai teman bermain maksimal tiga tahun rentang masa usianya. Semakin usianya bertambah, rentang usia tersebut semakin kecil.  Itu masih sebatas teori. Masih banyak pengaruh lain yang bisa mengingkari teori tersebut.
“kami (aku) akan menjadi musuh bagi abang!, musuh yang baik. Bukan musuh yang buruk. Siap bersaing untuk menjadi yang terbaik, menjadi yang lebih diperhatikan. Kami (aku) akan menjadi anak yang lebih membanggakan dikeluarga”
Janji seorang adik pertama pada sebatang pohon jambu air di depan rumah yang ia panjat. -pohon yang bakal ditebang 15 tahun kemudian-.
Tahun berikutnya adik pertama mendapatkan seorang adik yang ia tidak tahu bagaimana proses pembuatannya. -sebelum ia memergoki kedua orang tuanya bercengkrama dengan polos di kamar pada tahun berikutnya-
Adik pertama menjadi saudara tua. ia mendapatkan perangkat game terbaru dari orang tuanya  untuk berhenti mengganggu dan mengerjai adiknya yang sudah berusia enam tahun.
“Bang ikut maen”
Adik mengiba.
Saudara tua diam.
Tatapan adik mengemis.
Saudara tua acuh.
“Bang, maen samo yo”
Adik menggoyang tangan saudara tua. Game lose.
           
Adegan selanjutnya penuh unsur kekerasan. Tidak dianjurkan untuk diceritakan. Menurut psikologi, tindakan kekerasan merupakan penyakit menular. Apabila diceritakan secara runtut dan terperinci akan melahirkan tindakan kekerasan baru yang lebih tidak terkorelasi penyebab dan akibatnya.
Saudara tua pertama dikirim ke rimba. Saudara tua dipondokkan asrama. Tinggal adik di rumah menjadi anak yang dibanggakan. -sebelum tahun berikutnya lahir adik terakhir yang menggeser posisi tersebut-
Adik menjadi saudara tua. –déjà vu-  
Dicky Ingusan
Semarang, 25 mei 2013

Katakan saja

Rentangkan kedua tanganmu selebar-lebarnya teman,
Tidak ada waktu yang bisa membunuh kita.
Saat ini
Hirup dengan segar udara kehidupan teman.
Pikiran adalah batas pernafasan
Dalam dan panjang.
Kepalkan tangan di depan sunggingan senyum tulus teman
Musuh bukanlah musuh yang berkhianat.
Itu adalah teman.
Bukan salah cinta yang menolak
Karena hati tidak bisa menerima
Jelas aku menolak cinta yang tertolak teman
Maka itu tolaklah dirimu sendiri.
Lambaikan tangan di depan cinta
Katakan padanya cinta itu tetap milikmu
Dicky Ingusan
25 Mei 2013

Bis Sumber



Bis malam merupakan kendaran pengangkut masal yang berkategori menawarkan kecepatan dalam pelayanan. Ibarat jaminan mutu, bis malam cepat lebih memikat para pelanggan untuk menggunakan jasanya. Tanpa hal itu disangsikan mampu mengangkut minat penumpang menaikinya. Dalam hal ini bis sumber menjadi pedoman umum bis malam cepat yang bisa diandalkan. Penumpang pecinta kecepatan jelas mengurutkannya dalam peringkat pertama. Banyak hal yang menjadi daya tarik ketika menjadi pelanggan bis ini. Salah satunya adalah kekompakan para kru ketika mengendarai. Dengan adanya co-driver di sisi bersebrangan supir utama, memudahkan dalam mengendalikan situasi. Kerjasama yang baik terlihat dari kelincahan bis menyusri jaluh tengah pulau yang terkenal dengan kontur dataran yang bergelombang.  Jalanan naik turun dilahap dengan rakus. Supir utama ibarat lupa dimana posisi rem berada. Tidak menurunkan kecepatan saat menikung, putaran stir yang halus dan cepat menjadi teknik mengendarai unggulan. Akselarasi adalah kunci dasar melintasi jalanan. Jika rem di injak, maka penumpang akan otomatis bereaksi berdiri dari kursi. Mereka seakan terbiasa apabila “barang keramat” itu tersentuh maka hal kritis (hampir) terjadi. Pada saat itu hampir didefinisikan tidak terjadi. Lebih sering hampir menjadi kosakata dalam perjalanan. Namun lebih sering pula diwartakan bis sumber tidak pernah ada hampir. Seakan semuanya selalu terjadi saat perjalanan. Bis sumber adalah bencana, bis sumber (masalah). Namun ingat juga bis sumber juga menyangkut banyak nyawa, orang-orang yang bekerja di dalamnya, orang-orang yang mendapatkan berkah dari perjalannanya ataupun memperoleh jodoh saat berada di dalamnya.^^ Bis sumber tetap selalu dicintai (walau tetap ada yang membenci).
           
Dicky Ingusan
9 mei 2013