Jumat, 24 Mei 2013

Berdikari







            Rasa syukurku selalu timbul saat matahari terrbit di ufuk timur karena aku masih mendapatkan kesempatan mengulang usia kembali. Sejak dari 22 tahun yang lalu diriku hadir didunia ini. Setelah  terjadinya pencocokan sel sperma dan ovarium akibat aktifitas ayah dan ibu yang membahagiakan. –aktifitas kedua setelah pertama kali menghasilkan saudara tuaku-. Terbentuk seonggok daging yang mulai menjadi parasit di dalam perut (rahim) ibu. Parasit itu menjadi nyawa, menuntut banyak hal untuk dilayani. Diberi makan bernutrisi tinggi, minum bergizi baik dan perhatian dengan waktu melimpah. Dua nyawa dalam satu tubuh, satu nyawa kecil adalah benalu yang tumbuh menyiksa induk semangnya. Menggandakan porsi makan induk semangnya, tapi mengambil nutrisi lebih besar. Menduplikasi porsi minum namun menyerap gizi yang lebih banyak dibandingkan induk semangnya. Sehingga induk semang harus berhemat (mengatur keuangan keluarga) dan bekerja (berjualan bubur kacang ijo) setelah bekerja ( mengajar pelajaran penjaskes-1 ) untuk membeli susu yang bergizi dan daging sapi (rendang).- keduanya menjadi minuman dan makan favoritku-. ^^
            Parasit itu tumbuh semakin membesar. Memberontak meronta keluar dengan berusaha menendang, meninju dinding batas rahim dan dunia. – membuat ibuku bangga karena mengira akan lahir calon pesenam yang dapat mengharumkan nama bangsa ( Cuma bukan minatku, ibu^^). Ayahku adalah tersamgka yang menyebabkan (aku) seonggok daging didalam labirin anggota tubuh ibu. Ayahku menjelma menjadi tawanan. Tersiksa guna bekerja keras menghasilkan uang lebih banyak. Memanfaatkan peluang lebih baik agar memenuhi kebutuhan ibu dam aku –dan juga saudara tuaku- ( tidak perlu membahas saudara tuaku). “Ia jelas adalah bukti cinta pertama dari ayah dan ibu berbentuk produk pertama. Produk pertama tidak lebih baik dari produk kedua, karena “ teknik pembuatannya” yang masih belum lancar” ( referensi  silahkan dicari sendiri, murni pandangan pribadi). “Cuma ia lebih tahan lama dan punya daya adaptasi yang baik.  Itu tergambar dari ayahku bergolongan sudra jawa papa, merantau agar merubah nasib di pulau Sumatra bisa mendapatkan ibuku. Garis utama pewaris harto pusako-2 keluarga karena ibuku anak pertama perempuan dari suku -tanjung- minang yang menganut sistem matrilinieal-3 . Tapi itu bukanlah jurang pemisah cinta ayah dan ibu meneruskan keturunan yang menghasilkan saudar tuaku sebagai produk pertama. Hingga ibuku meninggalkan warisannya - tetap diambil kembali 20 tahun kemudian – untuk bisa menikah dengan ayahku.”
            Namun bagiku yang beruntung bukanlah ayahku, melainkan ibuku. Kalau dirimu melihat dari kacamata materi, maka hanya pembahasan pragmatis yang terjawab. Diriku tidak akan membahasnya disini. Karena ibuku adalah berkah terindah dari surga untuk ayahku. (itu kacamata puitis teman, J) . Maka ia diciptakan berpasangan dengan seorang suami yang penuh toleransi, dedikasi dan bertanggung jawab. Seseorang yang terlahir menjadi pekerja keras sejati. Tidak pernah mengeluh, selalu tersenyum dengan deretan gigi putih menawan. Selalu tampak lebih muda dari usia yang sebenarnya. Sampai detik iini kemurnian tekadnya yang membaja terus menginspirasi untuk diriku bisa mandiri dan berdikari. Jargon dan filosopi terbaik dari seorang anak bangsa yang mencintai negerinya, orang tuanya, keluarganya, masyarakatnya dan kehidupannya.


Dicky Ingusan
Semarang, 17 mei 2013

1.     Penjaskes : Mata pelajaran pelajaran Pendidikan jasmani dan kesehatan atau mata pelajaran olaharaga untuk kurikulum sekarang
2.     Harto pusako : Warisan yang menjadi hak turun temurun ( bahasa minang)
3.      Matrinlinial : Garis keturunan yang diambil dari pihak perempuan- artinya pihak perempuan mendapatkan prsi lebih besar dalam warisan.

1 komentar: