Kejujuran
dengan tanda bintang di bagian atas akhir katanya. Dalam sebuah hubungan,
kejujuran adalah nilai yang dijunjung untuk meningkatkan kepercayaan. Lalu
bagaimana dengan kejujuran dengan tanda bintang di bagian atas akhiran
katanya? Itu yang ingin saya bahas pada
artikel kali ini. Saya jujur* memaparkannya.
Ketika
sebuah kata diberi akhiran tanda bintang pada bagian katanya, berarti kejelasan
katanya masih harus diimbuhi oleh keterangan lanjutan. Pada kasus ini,
kejujuran adalah sifat dasar manusia yang mengungkapkan apa adanya tanpa ada tambahan
apapun. Lalu bagaimana bisa terjadi
penambahan simbol bintang pada bagian atas akhirannya? Kita harus jujur*
mengutarakanya, meng-timurkannya, meng-baratkannya, ataupun meng-selatannya.
Tidak peduli berbagai perbedaan arah kompas yang anda anut. Harus mampu
menjelaskannya!
Saat dosen
saya akan memberikan pelajaran. Beliau memberikan info kepada kami, bagaimana
format pemberian nilai mata kuliah. Kebetulan beliau adalah wakil ketua
jurusan, bidang pengajaran dan kemahasiswaan. Segala hal yang berkaitan dengan
mahasiswa harus berhubungan dengan dosen yang paling cantik ini sebelum dosen
yang lain. Beliau adalah satu-satunya dosen perempuan di jurusan. Selama 31
tahun-red jurusanku telah berdiri, beliaulah yang mampu mendobrak kemapanan
para dosen pria. Sudah menginjak 50 tahunan lebih, namun masih terlihat cantik,
seksi dan menarik. Saya jujur kali ini. Paling ga itu menurut suaminya. :P . Beliau
masih terlihat muda. Seumuran 30 tahunan jika hanya sekedar melihat sekilas.
Masih dikategorikan kurus, bagian belakang yang masih berisi dan kencang . Serta bagian depan atas yang
tidak terlalu menonjol.
Saya
menceritakan gambaran fisiknya agar anda tahu bahwa selain terpelajar ( beliau
adalah doktor di bidang konversi energi), juga beliau punya prilaku hidup sehat
yang mampu menjaga kondisi tubuhnya tetap prima. Kembali kepada nilai mata
kuliah. Untuk masalah rumit ini, selain memang untuk mencapainya dibutuhkan
ketekunan dan kerja keras juga diperlukan kejujuran*. Oleh sebab itu bidang pengajaran dan kemahasiswaan menerapkan sistem rumus N = Na (1-E) untuk dasar penilaian pada mahasiswa. N adalah
nilai akhir yang akan masuk sebagai nilai dalam transkip. Sedangkan Na merupakan nilai mula-mula yang diberikan
dosen berdasarkan hasil dari pembelajaran satu semester kebelakang. Lalu bagaimana
dengan E? dijelaskan lebih lanjut oleh beliau. E merupakan nilai kejujuran*
yang hanya mempunyai dua skala, 0 dan 1. 0 untuk anda dinilai jujur* dan 1
berarti anda dinilai tidak jujur*. Jadi dapat dipastikan, jika anda dinilai
tidak jujur maka hasil belajar anda tidak dianggap sama sekali alias mengulang
tahun depan!. Kebetulan di jurusan saya tidak ada semester pendek. Artinya
ketika mata kuliah yang anda ambil itu gagal maka hasilnya anda hanya bisa
memperbaiki atau mengulangnya tahun depan.
Pada kesempatan ini akan
ada banyak bintang lagi dibalik kejujuran*. Karena tidak selamanya jujur adalah
angka mutlak dalam penilaian. Walau ibarat memilih pilihan yang bernilai sama.
Namun ada perbedaan mendasar. Orang yang tidak jujur* bisa dianggap jujur*,
jika ia mampu menutupi ketidakjujuran* atau
tidak diketahui oleh orang bahwa tidak jujur*. Inilah yang menjadi
masalahnya. Dengan penerapan rumus seperti itu, tidak mencerminkan jujur*
menjadi nilai mutlak. Namun membunuh kejujuran* itu sendiri. Karena rumus itu
hanyalah jalan pintas dari sistem yang tidak mampu menumbuhkan kejujuran*
secara alami. Jadi seakan-akan pendidikan hanya sebuah nilai-nilai yang tampak
dan menutupi kecurangan yang ada. maksud saya, mahasiswa tetap bisa melakukan
kecurangan asal tidak terlihat (diketahui) oleh sistem. Selesai. Setelah
mahasiswa lulus pengajaran tidak bertanggung jawab lagi atas kejujuran*
alumnusnya. Itu tanggung jawab masing-masing. Oleh sebab itu banyak alumnus
yang berpendidikan terjebak kasus hukum karena tidak jujur*.
Saya tidak menilai
jelek keputusan dari sistem yang dijalankan. Saya hanya ingin menganalisa dan
mengkritisinya secara alamiah. Bukan aturannya yang salah melainkan cara
penerapannya yang menjadikan sistem itu tidak berjalan semestinya. Bukan hanya
dibidang pendidikan, di kehidupannya lainnya banyak kejujuran* hanyalah selembar
kertas. Kebiasaan atau sikap yang jujur alami menjadi barang mewah. Semoga kita
bisa saling jujur tanpa syarat dan tanpa bintang bagian atas akhiran katanya.
Hidup kejujuran!
Dicky Ingusan*
16 Maret 2013
wuiiiuhhhh...
BalasHapusiuhh..
BalasHapus