Jumat, 04 April 2014

Berani gagal?!

Menjadi bawahan itu tidak mudah. Harus menaati semua peraturan. Patuh pada perintah atasan. Selalu jadi orang dibelakang yang tidak dapat peran. Tak mampu menjadi orang yang bertanggung jawab akan masalah. Selalu disalahkan dan ditekan oleh pemimpin terdepan.
                Bosan aku jadi orang yang selalu ditekan. Tak mampu menekan balik karena tidak punya kekuatan. Aku pingin berbuat sesuatu yang berarti. Menjadi pemimpin kelompok. Apapun itu. Siapapun itu.
Pertama aku jadi ketua kelas. Berhasil. Dua kali di SD ditambah satu kali di SMA. Selalu digugat oleh para pengikutku. Jabatan terakhir malah aku hanya bertahan setengah semester  tahun ajar.

Kedua di Universitaspun tak berubah, aku masih anak bawang disetiap kelompok yang aku ikuti. Bagian pertama aku mencalonkan diri jadi komandan tingkat angkatan. Gagal. Aku terlalu takut untuk berbicara tegas dan tepat saat penunjukan. Takut dalam arti tak mampu berkata apapun itu.

Ketiga di kelompok organisasi yang lain, Aku masih menjadi orang yang menyandang digit lebih banyak dari yang lain. Saat di paguyuban daerah. Dalam kepanitian tournament, aku jadi ketua yang menjadi suruhan bawahan. Lalu tahun berikutnya aku jadi kepala departemen yang bekerja sendiri.

Keempat aku masuk organisasi kampus. Semi-tentara pelajar. Tahun pertama aku lalui dengan baik. Sebagai anggota baru. Siap dipelonco. Siap ditempa. Siap dididik keras. Aku laki-laki berani mati. Semangatku bagai api saat pertama kali bergabung.
Sayang bensinnya mahal. Tahun kedua ditunjuk sebagai penegak disiplin. Malah bensinku menipis. Aku kendor menegakkan disiplin sendiri. Walau aku pingin berkilah. Aku hanya mau jadi pemimpin regu. Aku tak mampu jujur menghadapi sikap serakahku.
Asal dapat jabatan, yang penting aku senang. Malah akhirnya aku melarikan diri dari tanggung jabatan yang kuemban. Dicopot dan dijadikan anggota (kembali). Aku tak terima. Aku menghilang dari peradaban kehidupan yang kuanggap menyiksa.

Kesempatan terakhirku semasa kuliah di Kuliah kerja nyata. Dengan ambisi menggebu-gebu, selalu berhalusinasi aku adalah pemimpin kelompok desa. Aku mencoba berimajinasi terlebih dahulu. Untuk bisa diterapkan dalam kenyataan.
Pahitnya. Aku gagal (lagi). Menjadi kroco adik tingkat. Sangat mengganggu kehidupan senioritasku yang kerjaannya nyampah serapah dan ngebun binatang.

Terakhir, aku masih duduk manis didepan kelas. Saat teman-teman yang sama masuknya sudah duduk manis didalam mobil yang mereka (mungkin beli sendiri, atau minjam). Juga sudah pernah menginjak salju yang katanya dingin. Sedingin batu es yang kucoba kuinjak. Kepalaku belum juga menyandang topi yang bakal aku lempar keatas. Semoga topinya kesangkut pohon.  Ga perlu jatuh lagi biar aku tak sedih mengingat nilaiku yang udah jatuh.

Ini cerita gagalku mana cerita suksesmu?

2 komentar:

  1. Kegagalan bukanlah sesuatu yang harus disesali. Tapi pelajaran yang amat berharga untuk kemudian bisa berkarya ke depannya. Hakikat manusia ada di dunia ialah untuk bisa bermanfaat bagi sesamanya, walau bagaimanapun masa lalu yang pernah kita hadapi.

    BalasHapus
  2. nice sugestion, thx u brooth

    BalasHapus