Menjadi bawahan itu tidak mudah.
Harus menaati semua peraturan. Patuh pada perintah atasan. Selalu jadi orang
dibelakang yang tidak dapat peran. Tak mampu menjadi orang yang bertanggung
jawab akan masalah. Selalu disalahkan dan ditekan oleh pemimpin terdepan.
Bosan
aku jadi orang yang selalu ditekan. Tak mampu menekan balik karena tidak punya
kekuatan. Aku pingin berbuat sesuatu yang berarti. Menjadi pemimpin kelompok.
Apapun itu. Siapapun itu.
Pertama aku jadi ketua kelas.
Berhasil. Dua kali di SD ditambah satu kali di SMA. Selalu digugat oleh para
pengikutku. Jabatan terakhir malah aku hanya bertahan setengah semester tahun ajar.
Kedua di Universitaspun tak
berubah, aku masih anak bawang disetiap kelompok yang aku ikuti. Bagian pertama
aku mencalonkan diri jadi komandan tingkat angkatan. Gagal. Aku terlalu takut
untuk berbicara tegas dan tepat saat penunjukan. Takut dalam arti tak mampu
berkata apapun itu.
Ketiga di kelompok organisasi yang
lain, Aku masih menjadi orang yang menyandang digit lebih banyak dari yang
lain. Saat di paguyuban daerah. Dalam kepanitian tournament, aku jadi ketua
yang menjadi suruhan bawahan. Lalu tahun berikutnya aku jadi kepala departemen
yang bekerja sendiri.
Keempat aku masuk organisasi
kampus. Semi-tentara pelajar. Tahun pertama aku lalui dengan baik. Sebagai
anggota baru. Siap dipelonco. Siap ditempa. Siap dididik keras. Aku laki-laki
berani mati. Semangatku bagai api saat pertama kali bergabung.
Sayang bensinnya mahal. Tahun kedua
ditunjuk sebagai penegak disiplin. Malah bensinku menipis. Aku kendor
menegakkan disiplin sendiri. Walau aku pingin berkilah. Aku hanya mau jadi
pemimpin regu. Aku tak mampu jujur menghadapi sikap serakahku.
Asal dapat jabatan, yang penting
aku senang. Malah akhirnya aku melarikan diri dari tanggung jabatan yang
kuemban. Dicopot dan dijadikan anggota (kembali). Aku tak terima. Aku menghilang
dari peradaban kehidupan yang kuanggap menyiksa.
Kesempatan terakhirku semasa kuliah
di Kuliah kerja nyata. Dengan ambisi menggebu-gebu, selalu berhalusinasi aku
adalah pemimpin kelompok desa. Aku mencoba berimajinasi terlebih dahulu. Untuk
bisa diterapkan dalam kenyataan.
Pahitnya. Aku gagal (lagi). Menjadi
kroco adik tingkat. Sangat mengganggu kehidupan senioritasku yang kerjaannya
nyampah serapah dan ngebun binatang.
Terakhir, aku masih duduk manis
didepan kelas. Saat teman-teman yang sama masuknya sudah duduk manis didalam
mobil yang mereka (mungkin beli sendiri, atau minjam). Juga sudah pernah
menginjak salju yang katanya dingin. Sedingin batu es yang kucoba kuinjak.
Kepalaku belum juga menyandang topi yang bakal aku lempar keatas. Semoga
topinya kesangkut pohon. Ga perlu jatuh
lagi biar aku tak sedih mengingat nilaiku yang udah jatuh.
Ini cerita gagalku mana cerita
suksesmu?
Kegagalan bukanlah sesuatu yang harus disesali. Tapi pelajaran yang amat berharga untuk kemudian bisa berkarya ke depannya. Hakikat manusia ada di dunia ialah untuk bisa bermanfaat bagi sesamanya, walau bagaimanapun masa lalu yang pernah kita hadapi.
BalasHapusnice sugestion, thx u brooth
BalasHapus